Sang Pejuang HAM
Dialah munir said thalib..
Munir panggilannya
Pria berpunya sikap
Walau badan tiada tegap
Berprinsip membela hak asasi manusia
Tak pandang bulu ia bela
Karna prinsip teguh ia jalani
Tak takut walau tiada yang bela
Siapapum ia bela
Orang miskin dan papa
Dimana ada ketidak adilan
Di situ ia akan bersuara
Hari ini ia akan terbang
Terbang jauh kenegeri seberang
Menempuh pendidikan lebih tinggi
S2 ia akan jalani
Hukum humaniter ia pilih
Ilmu itu yang kan di pelajari
Di universitas utrecht belanda ia tekuni
/2/
Waktu menunjuk pukul 21.30 WIB.
Pengeras suara itu berbunyi
Peringatan dari petugas
Tanda pesawat segdera tinggal landas
Pesawat garuda sudah bersiap
Dengan nomor GA 974 tujuan amsterdam
Rombongan orang kulit putih bergegas
Kebanyakan dari mereka belanda
Saat akan memasuki pesawat
Bertemulah ia dengan sang pilot
Polly panggilannya
Pollycarpus Budihari Priyanto nama
panjangnya
Dalam penerbangan itu
Polly adalah extra crew
Yakni kru tugas ganda
Didekat pintu kelas bisnis munir bertemu
Dikelas ekonomi munir akan duduk
Namun disaat polly bercakap akrab dengannya
Ia pun bersedia pindah
Dan berakhir di tempat duduk kelas bisnis
Nomor 3k kursi polly
Nomor 40G kursi munir
Hinnga lanjut polly bersalam dengan awak
kokpit
Saat pesawat mundur siap tinggal landas
purser Brahmanie mempersilahkan si polly
hingga duduklah dikelas premium 11B
/3/
15 menit setelah tinggal landas
Para pramugari telah bersiap dengan nampan
Dengan beberapa makanan yang yang di
tawarkan
Di kursi 3k itu munir memilih mi goreng
Selesai mi,
Pramugari kembali menawarkan
Kali ini pilihannya lebih banyak
Dari yang beralkohol sampai susu ultra
Air mineral, the kopi juga ada
Namun jus jeruk yang lebih munir suka
/4/
Pesawat itu mengarungi langit jawa,sumatra
serta lautnya
Hingga sampailah 1 jam 38 menit disana
di Bandara Changi GA 974 mendarat
pukul 00.40 waktu zona singapura
para penumpang dipersilahkan istirahat
45 menit berjalan jalan ataupun apa saja
Munir bergegas ke coffee bean
Diperjalanan ia di sapa
Oleh seorang yang menurutnya asing
“Anda Pak Munir, ya?”
“Iya, Pak.”
“Saya dr. Tarmizi dari Rumah Sakit Harapan
Kita.
Pak Munir ngapain ke Belanda?”
“Saya mau belajar, mau nge-charge satu
tahun.”
“Di mana?”
“Utrecht.”
“Wah, Indonesia kehilangan, dong. Anda kan orang
penting?”
Komentar dr.tarmidzi
“ini sangat penting bagi saya” jawab munir
/5/
Hingga berlanjut bercakap ke dua lelaki itu
Dari bla bla bla..
Sampai la la la la..
Hingga akhirnya ke duanya berpisah
Dengan saling menukar kartu nama
Karena Polly hanya sampai Singapura
Sebagaimana tercantum di boarding pass
Munir kembali ke duduk semula
di kursi 40G kelas ekonomi
Pesawat tinggal landas kembali
dari Changi menuju Schipol
kali ini dipimpin oleh Kapten Pantun
Matondang
purser Madjib Nasution sebagai penanggung
jawab pelayanan
Sebelum pesawat mengangkasa
Tak lupa pramugari Tia mengecek kesiapan
Pramugari itu bernama lengkap Tia Dewi
Ambara
Melilit lilit perut munir terasa
Disaat itu munir meminta obat promag
kepadanya
Dan ia meminta Munir menunggu sejenak
Karena pesawat segera tinggal landas
seluruh awak kabin harus duduk di tempat
tersedia
/6/
15 menit kemudian,
pesawat di ketinggian aman
tia mulai membagikan selimut, earphone dan
makanan pengantar tidur
Saat Tia sampai di 40G,
lelaki berkaus abu-abu dan bercelana jins
hitam itu sedang tidur
tia membangunkan dan bertanya
“Apa Bapak sudah dapat obat dari teman
saya”
“Belum.”
“Maaf, kami tidak punya obat.”
Hingga ia meminta teh hangat pada tia
Tiga jam sudah pesawat besar itu terbang
Dan kini berada diatas langit india
Saat itulah munir lululalang ke toilet
Berjalanlah ia di gang kabin
Yang hanya diterangi lampu baca
/7/
Saat berpapasan dengan Bondan Hernawa
Pramugara pesawat garuda
Munir mengeluh sakit perut dan muntaber
Serta meminta memanggilkan dr.tarmidzi di
kelas bisnis
Bondan pun melapor kepada purser Madjib
Nasution
“Bang, ini Pak Munir penumpang kita
sakit..bla bla bla …ra ra ra
Dari Passenger Manifes hingga tertemulah di
kursi nomor 1J
Belum sempat dia beranjak,
Munir telah di depan Purser Station,sambil
memegang perut dan berkata..
Saya sudah La la la na na na..
“Pak Munir makan apa saja dua hari terakhir
ini?” tanya dr.tarmidzi
Munir hanya diam,
Pak madjib menambah “Pak Munir tadi sempat
minum air jeruk, padahal..bla bla ba ra ra ra
Munir tetap diam
Diam dan terdiam..
Hingga dokter mendapati nadinya melemah
Dan ini adalah kekurangan cairan
Munir kembali lagi ke toilet, diikuti dokter,
pramugari ,dan pramugara
muntah dan buang air, dia kembali ke kursi
4D
hingga bertambah batuk
dan terus berbatuk berat
terlihatlah munir pucat pasi
/8/
Dr. Tarmizi meminta seorang pramugari
mengambilkan Doctor’s Emergency Kit
Dan ternyata obat itu sangat minim..
Tiada infus..
Tiada obat khusus
Hanya sebatas obat diare
Dokter suntikkan obat antimual dan muntah
Hingga munir terpulaskan
Penderitaannya mereda selama 2-3 jam
Kembali terbangun dan masuk toilet
Kali ini lain dari biasa
Kira kira 10 menit disana
Dengan pintu yang tiada tertutup sempurna
Madjib memberanikan melongok
Ke arah celah..
Hingga ia mengetuk pintu..
Namun…
Tiada jawaban..
Hingga terbuka pintu
Terlihatlah sosok yang menderita itu
Tepat bersandar lemas
Didinding toilet..
Segera memanggil dokter kembali
Yang setengah jam lebih paling tau
Keaadaan penumpangnya itu
Diangkatlah ke kursi 4D
Munir kembali mengalami pemeriksaan
Dalam gelap kabin pesawat
Yang hanya diterangi lampu baca
Saat perut di ketuk..
Mengerang kesakitan si munir
Madjib menyarankan istighfar
“Astaghfirullah Haladzim”
“Astaghfirullah Haladzim”
Sambut munir
“La Illaha Illa Llah,”
Kembali keluar sepatah kata
Dari sosok yang benar benar tiada berdaya
Dia ingin istirahat katanya
Diambillah obat suntik Diazepam oleh dokter
Disuntikkan 5 mg di bahu kanan
Namun perut munir masih terasa mulas
Tiada tertahan..
Lima belas menit berlalu dan Munir ke
toilet kembali
ditemani dokter, purser, serta pramugari
muntah, diikuti buang air
hingga kembali ke sebuah bantal di atasnya
Dia pun berbaring di sana
dengan dua selimut lagi diletakkan di atas
tubuhnya
agar hangat senantiasa menemaninya
dalam deritanya yang tiada kunjung hilang
/9/
dokter berkata supaya awak kabin menjaga
Setelahnya, si dokter kembali ke kursi di
1K
Dan si munir kembali tertidur
Namun sering berubah posisi yang tiada
menentu
posisi itu selalu miring
tiada sesekali tengkurap
hingga madjib setia menjaganya
sampai 3 jam ia disana
saat awak kabin menyiapkan makan pagi
Madjib berjalan ke tempat duduk dr. Tarmizi
Sambil bertanya apakah perlu munir di
bangunkan untuk sarapan
dijawablah dengan anjuran untuk membiarkan
Munir tetap istirahat
dua jam sebelum pesawat mendarat
ketika sarapan masih berlangsung dan lampu
kabin masih menyala
jam menunjukkan 05.10 GMT atau 12.10 WIB
Di depan kursi 4D-E
terlihat tubuh Munir dalam posisi miring menghadap
kursi
air liur tiada berbusa dari mulutnya
dan telapak tangan yang membiru
di dekaplah tangan munir
di dapatinya rasa dingin
hingga kaget dan bergegas ke kursi dokter
di tepuklah punggung munir sambil berkata
“Pak Munir… Pak Munir….“
Namun tiada sepatah kata itu
Yang biasa ada walau dalam penderitaannya
Akhirnya..
Dengan pelan dr.tarmidzi berkata
“Purser, Pak Munir meninggal…
Kok secepat ini, ya….
Kalau cuma muntaber, manusia bisa tahan
tiga hari lamanya”
Diangkatlah tubuh kaku Munir ke tempat yang
lebih baik
Munir berbaring di atas dua lembar selimut
Kedua matanya terpejamkan
Dan tubuhnya ditutupi selimut
Bondan dan Asep membaca surat Yassin
empat puluh ribu kaki di atas tanah Rumania
di depan jasad Munir Said Thalib
di dalam pesawat yang sedang mengangkasa
Kasus-Kasus
Penting yang Pernah ditangani Munir
- Penasehat Hukum masyarakat Nipah, Madura, dalam kasus permintaan pertanggungjawaban militer atas pembunuhan tiga petani Nipah Madura, Jawa Timur; 1993
- Penasehat Hukum Sri Bintang Pamungkas (Ketua Umum PUDI) dalam kasus subversi dan perkara hukum Administrative Court (PTUN) untuk pemecatannya sebagai dosen, Jakarta; 1997
- Penasehat Hukum Muchtar Pakpahan (Ketua Umum SBSI) dalam kasus subversi, Jakarta; 1997
- Penasehat Hukum Dita Indah Sari, Coen Husen Pontoh, Sholeh (Ketua PPBI dan anggota PRD) dalam kasus subversi, Surabaya;1996
- Penasehat Hukum mahasiswa dan petani di Pasuruan dalam kasus kerusuhan PT. Chief Samsung; 1995
- Penasehat Hukum bagi 22 pekerja PT. Maspion dalam kasus pemogokan di Sidoarjo, Jawa Timur; 1993
- Penasehat Hukum DR. George Junus Aditjondro (Dosen Universitas Kristen Satyawacana, Salatiga) dalam kasus penghinaan terhadap pemerintah, Yogyakarta; 1994
- Penasehat Hukum dalam kasus hilangnya 24 aktifis dan mahasiswa di Jakarta; 1997-1998 –> [Danjen Koppasus]
- Penasehat Hukum dalam kasus pembunuhan besar-besaran terhadap masyarakat sipil di Tanjung Priok 1984; sejak 1998
- Penasehat Hukum kasus penembakan mahasiswa di Semanggi, Tragedi 1 dan 2; 1998-1999
- Anggota Komisi Penyelidikan Pelanggaran HAM di Timor Timur; 1999
- Penggagas Komisi Perdamaian dan Rekonsiliasi di Maluku
- Penasehat Hukum dan Koordinator Advokat HAM dalam kasus-kasus di Aceh dan Papua (bersama KontraS)
Dengan nama lengkap Munir Said Thalib, (alm) Munir lahir di
Malang, Jawa Timur pada 8 Desember 1965 dan meninggal pada 7 September 2004 di
pesawat Garuda Jakarta-Amsterdam yang transit di Singapura. Ia meninggal karena
terkonsumsi racun arsenik dalam penerbangan menuju Belanda untuk melanjutkan
studi masternya di bidang hukum. Pria keturunan Arab lulusan Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya ini merupakan seorang aktivis dan pejuang HAM Indonesia.
Ia dihormati oleh para aktivitis, LSM, hingga dunia internasional.
Tanggal 16 April 1996, Munir mendiriikan Komosi untuk Orang Hilang
dan Korban Kekerasan (KontraS) serta menjadi Koordinator Badan Pekerja
di LSM ini. Di lembaga inilah nama Munir mulai bersinar, saat dia melakukan
advokasi terhadap para aktifis yang menjadi korban penculikan rejim penguasa
Soeharto. Perjuangan Munir tentunya tak luput dari berbagai teror berupa
ancaman kekerasan dan pembunuhan terhadap diri dan keluarganya. Usai
kepengurusannya di KontraS, Munir ikut mendirikan Lembaga Pemantau Hak Asasi
Manusia Indonesia, Imparsial, di mana ia menjabat sebagai Direktur Eksekutif.
Saat
menjabat Koordinator KontraS namanya melambung sebagai seorang pejuang bagi
orang-orang hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu dia membela para
aktifis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus yang
dipimpin oleh Prabowo Subianto (Ketum GERINDRA). Setelah Suharto
jatuh, penculikan itu menjadi alasan pencopotan Danjen Kopassus (waktu itu)
Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota Tim Mawar.
Atas
perjuangannya yang tak kenal lelah, dia pun memperoleh The Right Livelihood
Award di Swedia (2000), sebuah penghargaan prestisius yang disebut
sebagai Nobel alternatif dari Yayasan The Right Livelihood Award Jacob von Uexkull,
Stockholm, Swedia di bidang pemajuan HAM dan Kontrol Sipil terhadap Militer di
Indonesia. Sebelumnya, Majalah Asiaweek (Oktober 1999) menobatkannya menjadi
salah seorang dari 20 pemimpin politik muda Asia pada milenium baru dan
Man of The Year versi majalah Ummat (1998).
Lirik
ERK : “Di udara”Aku sering diancam
Juga teror mencekam
Kerap ku disingkirkan
Sampai dimana kapan?
Ku bisa tenggelam di lautan
Aku bisa diracun di udara
Aku bisa terbunuh di trotoar jalan
Aku bisa dibuat menderita
Aku bisa dibuat tak bernyawa
Dikursi listrikkan ataupun ditikam
Tapi aku tak pernah mati
Tak akan berhenti.
Sumber: http://nusantaranews.wordpress.com/
Kronologi Kematian Munir
Tiga
jam setelah pesawat GA-974 take off dari Singapura, awak kabin melaporkan
kepada pilot Pantun Matondang bahwa seorang penumpang bernama Munir yang duduk
di kursi nomor 40 G menderita sakit. Munir bolak balik ke toilet. Pilot meminta
awak kabin untuk terus memonitor kondisi Munir. Munir pun dipindahkan duduk di
sebelah seorang penumpang yang kebetulan berprofesi dokter yang juga berusaha
menolongnya. Penerbangan menuju Amsterdam menempuh waktu 12 jam. Namun dua jam
sebelum mendarat 7 September 2004, pukul 08.10 waktu Amsterdam di Bandara
Schipol Amsterdam, saat diperiksa, Munir telah meninggal dunia.
Pada
tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda (Institut
Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi. Hal
ini juga dikonfirmasi oleh polisi Indonesia. Belum diketahui siapa yang telah
meracuni Munir, meskipun ada yang menduga bahwa oknum-oknum tertentu memang
ingin menyingkirkannya
Persidangan Pembunuhan Munir
Pada
20 Desember 2005 Pollycarpus Budihari Priyanto dijatuhi vonis 14 tahun hukuman
penjara atas pembunuhan terhadap Munir. Hakim menyatakan bahwa Pollycarpus,
seorang pilot Garuda yang sedang cuti, menaruh arsenik di makanan Munir, karena
dia ingin mendiamkan pengkritik pemerintah tersebut. Hakim Cicut Sutiarso
menyatakan bahwa sebelum pembunuhan Pollycarpus menerima beberapa panggilan
telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen senior, tetapi
tidak menjelaskan lebih lanjut.
Lalu
pada 6 Juni 2008, mantan Komandan Kopassus TNI Angkatan Darat dan juga mantan
Deputi BIN, Mayor Jenderal (Purn) Muchdi Purwoprandjono ditangkap oleh polisi
sebagai tersangka pembunuhan Munir. Selama beberapa bulan persidangan, akhirnya
pada tanggal 31 Desember 2008, majelis hakim PN Jakarta Selatan memvonis bebas
Muchdi Pr.
Sumber:
http://nusantaranews.wordpress.com/
NAMA PENULIS PUISI ESAI
Nama : M FAUZI
Tempat
/ tanggal lahir : Malang, 17
September 1988
Alamat : Jl.
KH.WAHID HASYIM No 77 Desa Putukrejo Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang
Email : muhammad.elfauzi@gmail.com
Pendidikan
terakhir : Universitas Darul
Ulum Jombang, Jurusan bimbingan Konseling
Kontak :
0341-3159758
089620143343
Tweeter : @Elfauzifauzi
Facebook :
muhammad.elfauzi@gmail.com